Ekonomi

Harga Kedelai Anjlok, CPO Ikutan Tergelincir 

JAKARTA-Anjloknya harga minyak kedelai di bursa Chicago Board of trade (CBOT) hingga 1,6% ke level terendah sejak 7 bulan terakhir, membuat harga minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) ikutan tergelincir. Bahkan, levelnya terendah sejak November. 

Harga minyak kedelai seringkali memberi tarikan ke bawah bagi CPO karena bersaing mendapatkan bagian di pasar minyak nabati global. 

Pada penutupan perdagangan Senin, 6 Mei 2019, harga CPO acuan kontrak pengiriman Juli terjun bebas hingga 2,32% ke level MYR 1.981/ton, setelah juga anjlok hingga 1,07% akhir pekan lalu. Bahkan ini merupakan hari pertama harga CPO di bawah MYR 2.000 di tahun 2019.

Pasca perundingan dagang pekan lalu, tampaknya hubungan dagang AS-China semakin meregang. Pada hari minggu, Presiden AS, Donald Trump mengancam akan memberlakukan bea impor produk China yang senilai US$ 200 miiliar sebesar 25% (meningkat dari yang semula 10%).

"Selama 10 bulan terakhir, China membayar bea masuk 25% untuk importasi produk-produk high-tech senilai US$ 50 miliar dan 10% untuk produk-produk lain senilai US$ 200 miliar. Pembayaran ini sedikit banyak berperan dalam data-data ekonomi kita yang bagus. Jadi yang 10% akan naik menjadi 25% pada Jumat. Sementara US$ 325 miliar importasi produk-produk China belum kena bea masuk, tetapi dalam waktu dekat akan dikenakan 25%. Bea masuk ini berdampak kecil terhadap harga produk. Dialog dagang tetap berlanjut, tetapi terlalu lamban, karena mereka berupaya melakukan renegosiasi. Tidak!" cuit Trump di Twitter, Minggu, 5 Mei 2019.

Trump sebenarnya sudah pernah mengeluarkan ancaman tersebut. Peningkatan bea impor awalnya direncanakan mulai berlaku pada bulan Maret 2019. Akan tetapi belakangan dirinya menunda hal itu karena melihat perkembangan dialog dagang yang positif dengan China. Bahkan

Reuters sempat mengabarkan sebuah draft kesepakatan telah dibuat. Trump juga sebelumnya mengatakan hasil kesepakatan dapat diumumkan Jumat ini (10/5/2019). Alhasil pelaku pasar pun sudah sempat mengira kesepakatan hanya tinggal menunggu waktu. 

Namun ternyata kemungkinan tidak ada damai dagang sama sekali kembali mencuat.

Wakil Perdana Menteri China, Liu He dikabarkan akan membatalkan perjalanannya ke Washington yang sebelumnya direncanakan pada hari Rabu (8/5/2019), berdasarkan keterangan sumber yang dikutip dari CNBC International.

Namun setelahnya, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang mengatakan bahwa negaranya masih mempersiapkan perjalanan ke AS untuk melakukan dialog dagang. Tapi dia tidak mengelaborasi lebih jauh dan tidak mengonfirmasi keikutsertaan Liu He dalam perjalanan tersebut.
Kalau sudah begini nasib damai dagang, menjadi tidak jelas. Potensi eskalasi perang dagang semakin menghantui.

Apabila benar perang dagang kembali berkecamuk dengan intensitas yang lebih mantap, maka perekonomian global bisa terjembab dalam perlambatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Rantai pasokan global akan berputar semakin lambat, bahkan sangat lambat. Mengingat yang berseteru adalah dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia.

Alhasil permintaan komoditas, yang salah satunya adalah CPO untuk kebutuhan industri bisa terhambat. Alhasil pasar komoditas global diserang aksi jual investor.(rdh)
 


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar